بسم الله الرحمن الرحيم
التوكل واليقين
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا
حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ
يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ
بِطَانًا (رواه أحمد)
Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah
SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT
dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki
(oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia
pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam
keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits marfu’ dari Umar bin Khattab ra, yang
diriwayatkan melalui jalur sanad Abdullah bin Hubairah, dari Abu Tamim
Al-Jaisyani, dari Umar bin Khattab, dari Rasulullah SAW, diriwayatkan
oleh :
• Imam Turmudzi dalam Sunan/ Jami’nya, Kitab Al-Zuhud An Rasulillah SAW, Bab Fi Attawakkal Alallahi, hadits no 2344.
• Imam Ibnu Majah dalam sunnannya, Kitab Al-Zuhud, Bab Attawakkal Wal Yaqin, hadits no 4164.
• Imam Ahmad bin Hambal dalam tiga tempat dalam musnadnya, yaitu pada hadits no 205, 372 dan 375.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits di atas menjelaskan tentang hakekat tawakal yang digambarkan
oleh Rasulullah SAW dengan perumpamaan seekor burung. Dimana burung
pergi (baca ; mencari karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong
karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang
dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya Allah SWT lah yang memberikan
rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.
Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal
kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya,
tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya
sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut
kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya
Allah rizkinya akan Allah cukupi.
Makna Dan Hakekat Tawakal
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki
arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687).
Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa
ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara
definisi mereka adalah:
1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan
perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh
lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal
juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/
Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)
2. Ibnu Qoyim al-Jauzi
“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati
dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah
terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang
menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya
segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan
‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu
yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.”
(Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal
Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam
mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika
dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu
al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada
Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam.
Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan
hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan
perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka
pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.
Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga
mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada
Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat menjauhkan
diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada
kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan.
(Al-Jauzi, tt : 336)
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam.
Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun
hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT.
Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah
ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.
Derajat Tawakal
Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana
tawakal tidak dapat terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut.
Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari tawakal itu sendiri:
1. (معرفة بالرب وصفاته)
Derajat pertama dari tawakal adalah : Ma’rifat kepada Allah SWT dengan
segala sifat-sifat-Nya minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya
keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala
urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi karena
kehendak-Nya, dsb.
2. (إثبات في الأسباب والمسببات)
Derajat tawakal yang kedua adalah : Memiliki keyakinan akan keharusan
melakukan usaha. Karena siapa yang menafikan keharusan adanya usaha,
maka tawakalnya tidak benar sama sekali. Seperti seseorang yang ingin
pergi haji, kemudian dia hanya duduk di rumahnya, maka sampai kapanpun
ia tidak akan pernah sampai ke Mekah. Namun hendaknya ia memulai dengan
menabung, kemudian pergi kesana denan kendaraan yang dapat
menyampaikannya ke tujuannya tersebut.
3. (رسوخ القلب في مقام توحيد التوكل)
Derajat Tawakal yang ketiga adalah : Adanya ketetapan hati dalam
mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena
tawakal memang harus disertai dengan keyakinan akan ketauhidan Allah.
Jika hati memiliki ikatan kesyirikan-kesyirikan dengan sesuatu selain
Allah, maka batallah ketawakalannya.
4. (اعتماد القلب على الله، واستناده إليه، وسكونه إليه)
Derajat tawakal yang keempat adalah : Menyandarkan hati sepenuhnya hanya
kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi bahwa hati yang tenang
hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi
seorang bayi, yang hanya bisa tenang dan tentram bila berada di susuan
ibunya. Demikian juga seorang hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa
tenang dan tentram jika berada di ‘susuan’ Allah SWT.
5. (حسن الظن بالله عز وجل)
Derajat tawakal yang kelimana adalah : Husnudzan (baca ; berbaik sangka)
terhadap Allah SWT. Karena tidak mungkin seseorang bertawakal terhadap
sesuatu yang dia bersu’udzan kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan
terhadap sesuatu yang dihusndzani dan yang diharapkannya.
6. (استسلام القلب له)
Derajat Tawakal yang keeman adalah : Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya
kepada Allah SWT. Karena orang yang bertawakal harus sepenuh hatinya
menyerahkan segala sesuatu terhadap yang ditawakali. Tawakal tidak akan
mungkin terjadi, jika tidak dengan sepenuh hati memasrahkan hatinya
kepada Allah.
7. (التفويض)
Derajat tawakal yang ketujuh yaitu : Menyerahkan, mewakilkan,
mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan
hal inilah yang merupakan hakekat dari tawakal. Allah SWT berfirman:
(QS. 40 : 44)
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya".
Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia
tidak akan berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah tidak akan menetapkan
sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia maupun di
akhirat.
Tawakal Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini.
Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung
menggunakan kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarian
yang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa setidaknya
terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jika
disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:
1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,
2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلاً
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku,
3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.
Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.
4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.
5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.
6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49):
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Lihat juga QS.17:65.
7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)
Allah berfirman (QS. 16: 41-42):
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ
لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ*
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja
mereka bertawakkal.
Lihat juga QS.29:58-59.
8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. 65:3):
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.
Tawakal Dalam Hadits
Selain dalam Al-Qur’an, dalam haditspun, tawakal memiliki porsi yang
sangat banyak. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan
11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui CD ROM, kita mendapatkan terdapat
sekitar 900 an hadits yang terdapat kata yang berasal dari kata
tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Sunan
Abu Daud, Timidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha’ Malik dan
Musnad Imam Ahmad bin Hambal.) Sebelas hadits yang dicantumkan Imam
Nawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup sebagaian besar
hadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini,
kita dapat menyimpulkan beberpa poin :
1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ
الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ
لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ
أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا
سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ الآخَرِ فَإِذَا
سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ
أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُمَّ
نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ
فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا
فِي الإِسْلاَمِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ
فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ
الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ
اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ
رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ
سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah
ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat
seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai
penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya.
Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya
kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah
nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke
ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang
besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping
mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab).
Setelah itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang
banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa
hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat
Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir
dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga
pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar
menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’.
Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘
Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak
nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka
bertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya
Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian
berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allah
menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab,
‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).
2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada
Allah SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan
doa-doa mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ
وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي
أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
(رواه مسلم)
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allah
hanya kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman,
hanya kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat,
hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung
dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah Engkau
menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin
dan manusia mati. (HR. Muslim)
3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَهَا
إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا
مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا إِنَّ النَّاسَ
قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibaca
oleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibaca
oleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut
kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segala
kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan janganlah
melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca,
Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan
cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal.” (HR. Bukhari)
4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab Riyadhus
Shalihin. Dimana dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa’, ketika
Rasulullah SAW sedang beristirahat di bawah sebuah pohon, sedangkan
pedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorang
musyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapat
melindungimu dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAW menjawab
Allah. Setelah tiga kali bertanya, tiba-tiba pedang yang dipegangnya
jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang tersebut seraya bertanya,
sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku?
5. Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى
اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو
خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)
Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’sekiranya kalian
bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah
Allah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberi
rizki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong,
dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)
6. Tawakal adalah setelah usaha.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
عَنْ أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ
اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ (رواه الترمذي)
Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW.
‘Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau
aku lepas ia dan aku bertawakal?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah
kendaraanmu lalu bertawakallah.” (HR. Tirmidzi)
Penutup
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika
dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan
seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena tawakal
tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal
harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman.
Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.
Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada
Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam
ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam
surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits
di atas. Amin.
Wallahu A’lam
Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
sumber