Jika nantinya saya berwiraswasta,
saya ingin menjadi wirausahawan seperti Rasulullah. Jujur dan amanah dalam
berdagang. Itulah keinginan saya.
Dalam lingkungan keluarga, mungkin
ada satu cerita tentang salah satu anggota keluarga saya dalam berwiraswasta. Sebut
saja HS, dia anak kedua dari dua bersaudara. Ibunya adalah seorang penjual baju
keliling dengan sepeda dari kampung ke kampung. HS sendiri hanya mengantongi
ijazah SD dikarenakan suka membolos sekolah yang kemudian diberhentikan sekolah
oleh kedua orang tuanya. Bukan hanya itu perilaku kurang baik HS, HS juga
sering berjudi disebuah komplek perjudian di kampungnya.
Singkat cerita HS diberi modal oleh
ibunya untuk berdagang perabotan rumah tangga keliling menggunakan sepeda. Pada
awalnya HS mendapatkan untung yang lumayan dari usahanya tersebut, namun
kebiasaannya berjudi membuat penghasilan tersebut menjadi sia-sia.
Pada suatu ketika ibunya terkena
serangan jantung yang diakibatkan sengatan listrik ketika dia sedang menyetrika
baju. Ibunya pun berobat kesana-kemari namun tidak ada hasil yang signifikan
dari kesehatannya, tak jarang ibunya tetap memaksakan berjualan walaupun
kondisinya saat itu kurang baik. Hingga pada akhirnya sang ibu pun
menghembuskan nafas terakhirnya.
Penyesalan, mungkin yang HS
rasakan. Mulai saat itu ia terus berdagang perabot rumah tangga keliling dengan
sepedanya dan tidak lagi terjerumus dalam perjudian. Bertahun-tahun usahanya itu
terus dia geluti dengan bermodalkan kaki-kakinya mengayuh sepeda. Sikapnya yang
jujur dan amanah dalam berdagang membuat usahaya semakin meningkat, dari sepeda
dia beralih menggunakan sepeda motor dalam berdagang. Tidak hanya itu, dia juga
sudah mendapatkan banyak pelanggan tetap.
Hingga sekarang, berkat keuletannya
tersebut dia sudah mempunyai sebuah mobil pickup yang dia sewakan untuk
mengangkut barang, dan sebuah mobil carry untuk mengangkut orang-orang yang
ingin bepergian.
0 comments:
Post a Comment